Kamis, 03 September 2009

PART I
KELAHIRAN KEN AROK

Dahulu kala ada seorang yang hidupnya berlumur dosa, dia berusaha mencari cara menebus semua dosa-dosanya yang setinggi langit dan sedalam lautan.
Sudah berbagai cara ia coba, sudah banyak Empu yang ia temui namun hatinya masih belum tenang karna ia merasa dosanya begitu besar.

Sementara itu, di Bulalak ada seorang Empu yang bernama Tapangwangkeng.
Ia begitu dihormati karena ketinggian ilmunya dan kebijaksanaannya.
Alkisah sang Empu membuat pintu gerbang asrama, setelah selesai ruh dari pintu meminta kambing jantan berwarna merah untuk dikorbankan.
Sang Empu dengan ketinggian ilmunya dapat mengetahui bahwa itu adalah manusia yang jahat.
Empu Tapangwangkeng sangat gundah hatinya, ia tidak mau berbuat dosa walaupun korbannya penjahat.

Kisah tersebut sampai juga pada seorang yang hidupnya berlumur dosa tadi, kemudian orang tersebut menemui Empu Tapangwangkeng dan merelakan dirinya menjadi korban untuk menebus dosa-dosanya, sehingga ia bisa kembali lahir dalam kelahiran mulia.
Maka sang Empu menerima pengorbanan itu, dan mengantarkan orang tersebut pada penebusan dosanya, sehingga orang tersebut dapat menjelma dalam kelahiran tujuh turunan mulia.
Sesudah mati ia terbang kesurga Dewa Wisnu dan meminta dijelmakan disebelah timur gunung kawi.

Disebelah timur gunung kawi daerah Campara ada sepasang suami istri yang saling mencintai.
Yang laki-laki bernama Gajah para, yang wanita bernama Ken Endhog berasal dari desa Pangkur, mereka hidup berbahagia dengan bercocok tanam. Pada suatu hari saat Ken Endhog pergi mengantarkan makanan untuk suaminya di Ayuga, ditengah perjalanan Dewa Brahma turun menemuinya, kemudian dengan bercampur udara yang tak nampak mata, Dewa Brahma berkata
“Ken Endhog, Aku adalah Dewa Brahma”
Ken Endhog terkejut demi mendengar ucapan tersebut, dengan segala yang tampak disekitarnya tampak merunduk menghormati turunnya Dewa Brahma. Ken Endhogpun sangat yakin itu adalah sang Dewa. Kemudian dengan terbata-bata ia manjawab
“Ha..Ham..ba Dddewa, aa..ada apakah ggger..rangan”
Dewa Brahmapun menjawab
“Tenangkan dirimu, aku membawa kabar gembira untukmu”
“Apa yang hamba dengar, akan hamba laksanakan. Titah Dewa merupakan kebahagiaan bagi hamba” sambut Ken Endhog lebih tenang
“kau akan mengandung anakku hai Ken Endhog. Jangan kau tidur dengan suamimu, kalau kau tidur dengannya maka anakku akan tercampur dengannnya. Nama anakku adalah KEN AROK yang akan memerintah Jawa Dwipa” kata Dewa Brahma lalu menghilang.
Betapa terkejutnya Ken Endhog mendengar hal itu, ia gembira karena kelak keturunannya merupakan orang tertinggi di Jawa dan akan menjadi legenda yang tak akan pernah padam, namun ia juga susah karena tidak lagi bisa melayani suaminya dengan selayaknya istri.
Ken Endhog berusaha menenangkan dirinnya yang senang bukan kepalang dan susah yang mendalam, lama ia duduk sampai akhirnya ia memutuskan berjalan lagi menemui suaminya di sawah.

Saat itu wajahnya masih merah, tubuhnya masih menggigil gemetaran ketika menemui suaminya
“ada apakah adinda” ujar Gajahpara
Ken Endhog yang masih berusaha menenangkan dirinya berkata
“Kakangmas Ki Ageng Gajahpara, dalam perjalanan aku bertemu Hyang tidak tampak diladang lalateng ‘Dewa Brahma’ ”
Gajahpara pun berusaha menenangkan istrinya sambil memegang pundak istrinya
“tenanglah istriku, ceritakan padaku apa yang terjadi”
Ken Endhog pun menceritakan tentang pertemuan itu secara lengkap pada suaminya dengan senang bercampur kesedihan yang mendalam. Gajahpara mendengar dengan seksama, namun ia masih merasa ragu dengan kebenaran kematiannya.
Kemudian mereka berdua pulang kerumahnya, sesampainya dirumah ia mengajak Ken Endhog untuk tidur
“Kakangmas Ki Ageng Gajahpara, aku sungguh mencintaimu, aku tidak akan sanggup melihatmu mati, aku tidak akan bisa menghadapi alam dunia maupun alam nanti membiarkan hal itu terjadi” Ken Endhog berkata sambil menangis
Melihat istrinya tercinta menangis Gajahpara tidak sampai hati
“Adinda hal ini berarti kita harus bercerai, bila hal itu dapat menenangkanmu aku akan merelakanmu…….”
kemudian mereka berdua berpelukan erat dan lama sekali, kemudian Ken Endhog kembali kerumahnya di Pangkur sebelah utara, sedangkan Ki Ageng Gajahpara tetap tinggal di Campara diseberang selatan.
Belum genap sepekan perceraian mereka, Gajahpara meninggal, kata orang
“Bayi yang ada dalam kandungan Ken Endhog sungguh luar biasa panasnya, belum sepekan orang tuanya bercerai, orangtua laki-lakinya meninggal……”
sesudah genap bulannya, maka Ken Endhog melahirkan bayinyam.
melihat sungguh luar biasa dahsyatnya energi dari bayi tersebut, Ken Endhog tidak sanggup merawat bayi tersebut……
Maka Ken Endhog pun membuang bayinya kekuburan bayi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar