Rabu, 16 September 2009

Part 4. Pak Tani Mencari Sang Kancil

Pada keesokan harinya, pak tani bersiap mencari sang kancil. Ia menyiapkan bekal secukupnya untuk mencari sang kancil yang akan diajak curhat

Pada mulanya ia pergi ke ladang mencari sambil memanggil-manggil sang kancil, lama ia disana namun tak muncul juga batang hidung sang kancil, kemudian pak tani memutuskan mencari sang kancil kehutan kaliandra

Ia kehutan mencari sang kancil, berhari hari pak tani dihutan, pak tani terus berteriak memanggil nama kancil.

Pak tani bertanya pada awan, angin, namun semua tidak tahu. Bahkan pak tani bertanya pada rumput yang bergoyang….

Pak tani sungguh ingin bertemu dengan kancil namun sang kancil tidak muncul juga. Pak tani tidak putus asa, dia mendaki gunung arjuna berminggu-minggu mencari sang kancil bahkan sampai puncak, sang kancil juga tidak ada. Pak tani masih belum putus asa, ia mencari ke gua-gua sekitar gunung dan sang kancil masih tidak ada. Kemudian pak tani mencari digunung-gunung sekitarnya, welirang, ringgit, penanggungan semua ia daki, semeru, bromo, argopuro raung, panderman, kawi semua telah ia lalui namun kancil tidak ada.

Pak tani tanpa lelah mencari sang kancil dan tak terasa sudah berbulan-bulan….

Pak tani memang pantang menyerah sejauh ini, dia menuruni gunung, berjalan menuju laut kidul, dia menyusuri pantai sampai berminggu-minggu, terus berusaha memanggil sang kancil, kerinduan yang mendalam sudah terasa dihati pak tani, sungguh pak tani ingin bertemu sang kancil…

Namun sang kancil tak muncul juga…

Saat itu hari telah senja, langit terlihat menguning, cahaya sekitar mulai meredup, gelap akan segera menghampiri.

Pak tani terduduk dengan lesu dipantai, dia menangis….

Itulah air mata kerinduan..

Yang tulus…

Yang sudah bertahun-tahun tidak keluar dari kelopak mata pak tani….

Dalam hati pak tani berkata sesuatu yang berharga akan benar-benar terasa berharga saat ia telah hilang

Pak tani mencoba bercerita tentang kesedihannya pada laut, pada ombak, pada karang dan pada pasir yang berbisik….

Namun tak ada jawabnya…..

Dia bertanya pada bumi, lanngit, bintang bulan bahkan seisi jagad raya

Namun semua membisu…..

Pak tani telah putus asa, dia menyesal telah mengusir sang kancil, bahkan mungkin kancil telah membunuh dirinya. Pikiran itu membuat pak tani semakin sedih…

Dalam pencarian, tiap kali pak tani tidur, sang kancil selalu muncul, namun saat pak tani sadar, kancil telah hilang tak tahu kemana…..

ketegaran pak tani mulai sirna, kharisma pak tani kini tinggal kenangan.

Akhirnya Pak tani memutuskan untuk pulang, dia sangat sedih pulang tanpa hasil….

Dia hanya bisa menyesali semua kebodohannya…..

Maka kemudian pak tani pulang…..

Lama pak tani berjalan menuju rumahnya, ketika sampai di desanya ia langsung menuju rumahnya untuk melepas lelah dan penat…..

Dari jauh pak tani melihat sang kancil didepan rumah, pak tanipun berlari sekuat tenaga sambil memanggil nama kancil…..

sesampainya pada kancil, langsung saja pak tani mendekap sang kancil dengan erat sambil berkata

“maafkan aku cil, pada akhirnya aku harus rela menerima kamu sebagai temanku anugerah Tuhan disisiku, bahkan aku menempatkanmu pada posisi yang tinggi dihadapanku” kata pak tani sambil menangis tersedu

di utara terlihat pelangi berkilauan tanpa hujan, alam raya semua tersenyum menunduk melihat kejadian tersebut.

sang kancil berusaha menenangkan pak tani sambil berkata

“sudahlah pak tani, sebenarnya aku yang salah. Selama ini aku menyakitimu dengan semua tindak-tandukku , akulah yang sepantasnya minta maaf”

lama pak tani mendekap sang kancil, sampai akhirnya sang kancil berkata

“pak tani, sudahlah…

kini istirahatlah, besok kita berbincang-bincang, aku lihat kau sudah lelah dan perlu istriahat”

“ia cil, ada banyak hal yang ingin kukatakan padamu..

ada banyak masalah yang ingin aku utarakan padamu…

aku harap kini dan seterusnya kau setia menemaniku” ujar pak tani memelas

sang kancil merasa malu dengan penghargaan pak tani yang begitu tinggi, wajahnya memerah dan hatinya pun luluh dengan ketulusan pak tani

“pak tani, aku tidak akan pernah menyakitimu lagi…

aku akan selalu mencarikan solusi terbaik untuk melindungimu…

ini adalah janjiku dan aku akan menempuh jalan hidupku ini sebagai kancil teman setia pak tani”

Matahari telah tenggelam, berganti dengan bulan ditemani kilauan bintang. Malam itu cuaca begitu cerah tepat saat bulan purnama bersinar penuh

pak tanipun tidur dengan tenang dikamarnya, dan kancil menjaga pak tani di dekatnya.

Part 3. Pak Tani Memutuskan Menemui Sang Kancil

Pada hari berikutnya pak tani bermimpi lagi, kali ini Sang Pengantar mengatakan hal lain lagi…

Ketahuilah, mentimun-mentimun itu bila kau beri nutrisi yang hanya kau dapatkan caranya turun menurun, maka kau hanya akan mengetahui hasilnya saja…

Nutrisi itu bisa saja lebih baik atau memburuk karena musim…

Dan kau tetap memberikan nutrisi itu, betapa bodohnya kau pak tani….



Kemudian ia bangun kesiangan lagi, betapa gundahnya hati pak tani hari itu, ia bingung dengan mimpinya dan apa yang akan ia lakukan. Ia keluar rumah, mencoba memecahkan kebuntuan pikirannya.

Dia berjalan terus-menerus hari itu…..

kesana kemari tak jelas, berfikir keras akan mimpinya. Namun dasar pak tani bodoh, dia tidak bisa juga menemukan jalan keluar…….

Lama sekali pak tani berjalan tanpa sadar ia telah sampai dipinggir sungai dekat hutan kaliandra, dia duduk di atas air mencoba merenung semua kejadian lampau…

Pelajaran apa yang ia dapat dari hidupnya…..

Sampai ia pada pemikiran permusuhan itu memeberikan pelajaran yang sangat berarti,

Kejahatan sang kancil merupakan anugerah Tuhan, seperti banyak orang bilang guru yang terbaik adalah musuh, ia memberikan pengalaman menyakitkan yang akan selalu tercatat dalam memori.

Pak tani pun sadar betapa sang kancil telah melukainya, ia harus rela menerima sang kancil, karena kancil adalah takdir yang selalu bersama pak tani.

Malam telah datang menyambut kesendirian pak tani. Maka pak tani pulang.

Dalam perjalanan pulang, pak tani memutuskan akan menemui sang kancil esok hari, dan menerima penawaran persahabatan dari sang kancil.

Part 2. Mimpi Pak Tani

Pak tani……

Aku adalah sang Pengantar, aku bertanya padamu !!!

Jika kau mati dan ditanya oleh bumi apa yang akan kau jawab…..???

Jika kau terbang lebih ringan dari udara dan tidak ada yang yang melindungimu,

Sementara kau dituntut oleh perbuatanmu

Apa yang akan kau lakukan……..???

Hari itu pak tani bangun sangat siang, dia bermimpi sangat aneh…………..

dalam mimpinya ia bertemu dengan sang Pengantar, yaitu yang mengantarkan pak tani hidup di bumi.

Pak tani segera menyiapkan perlengkapan bertaninya, langsung pergi keladang. Saat itu matahari tepat diatas kepala, terik panas matahari tak menyurutkan niat pak tani untuk merawat mentimun-mentimunnya. Hari itu Pak tani menyelesaikan pemeliharaan dan perwatan tanaman ketika matahari mulai tenggelam di ufuk barat.

Dalam perjalanan pulang, Pak tani masih terngiang akan pesan dan peringatan yang disampaikan oleh sang pengantar

Pikiran itu terus menganggu pak tani, lalu dia teringat kejadian seminggu yang lalu, di kala pak tani bertemu sang kancil diladang mentimun

“Pak tani, hari ini aku menawarkan padamu persahabatan, aku sudah lelah dengan perseteruan ini” kata sang kancil berharap

“terkutuklah kau kancil, setelah semua yang kau lakukan padaku, aku tidak pernah akan bisa menerimamu” kata pak tani dengan nada keras

sang kancilpun menunduk seakan menyesali semua perbuatannya

“maafkan aku pak tani, pertempuran ini tidak akan pernah berakhir kalau kita terus begini, sekarang aku telah menyadari semua perbuatanku adalah salah, aku akan menebus dosa-dosaku dengan selalu setia melindungimu hai pak tani” kata sang kancil

“aku masih belum bisa menerimamu, ingatlah bahwa kau telah banyak menyakitiku, dengan mencuri mentimunku… aku sudah tidak peduli, kalau kau ingin menebus dosamu, segeralah kau bunuh dirimu atau pergi menjauh dariku” nada pak tani meninggi pertanda marah

“pak tani, aku tidak bermaksud menyakitimu, namun keinginan memakan timunmu telah membelenggu jiwaku, sekarang dengan tulus aku ingin membantumu….

Karna aku tahu bahwa kau adalah orang yang tidak tahu tapi mengetahui”

Mendengar hal itu pak tani sangat marah, dia mengangkat cangkulnya mencoba membunuh sang kancil, sadar akan bahaya yang mengancam, sang kancilpun berlari menyelamatkan diri menuju kedalaman hutan kaliandra sambil berkata

“pak tani, kau boleh saja bersumpah mengutuk aku sang kancil…

namun pada akhirnya kau harus rela

aku adalah sahabat sejatimu…”

sejenak terlintas dalam pikiran pak tani, ada baiknya jika kancil mengetahui perihal mimpinya, mungkin sang kancil bisa memecahkan masalah tersebut. Namun tiba-tiba ia teringat kembali akan perbuatan kancil yang terus menyakiti hati pak tani dengan mencuri mentimun-mentimun yang sangat disayangi pak tani, dan pak tanipun menghilangkan pikiran itu.



Part 1. Asal usul pak tani dan perseteruannya dengan kancil

Pak tani tinggal di lereng gunung Arjuna, di desa Gebug Kidul. Dia mempunyai ladang mentimun didaerah pinggiran hutan kaliandra sekitar 10 kilometer dari rumahnya, setiap harinya pak tani berangkat sebelum shubuh ke ladang untuk merawat mentimunnya dengan penuh kasih sayang, bisa dikatakan pak tani adalah penyayang mentimun. Namun bagi pak tani tidak mudah merawat mentimun-mentimun yang ia sayangi, karena ia harus melawan musim yang selalu berganti, cuaca, badai, bahkan topan. Dengan keteguhan hati pak tani, dia bisa menerima semua itu dengan tabah. Selain gangguan alam pak tani juga menghadapi gangguan lain berupa dari organisme-organisme pengganggu tanaman di antaranya penyakit, hama, dan yang terakhir adalah dari sang kancil.
Nama terakhir yang disebutkan sangat menggangggu hati pak tani, mereka selalu berseteru tiada henti, dari hari ke hari, bulan ke bulan sampai bertahun-tahun.

Sang kancil merupakan hewan yang sangat cerdik. Dengan berbagai macam cara, dia selalu bisa mencuri mentimun pak tani, walaupun pak tani sudah memasang berbagai macam alat pengaman, seperti alarm, cctv. Bahkan ketika sang kancil terperosok dalam jebakan pak tani, dia masih bisa lolos dengan mengakali pak tani.

Pak tani harus menghadapi terror yang tidak pernah habis, mentimun-mentimun tersayang pak tani selalu bisa dicuri kancil. Genderang perang telah ditabuh pak tani terhadap kancil bertahun-tahun yang lalu, namun kemenangan pak tani tidak juga kunjung tiba.



Selasa, 15 September 2009

kontak





Nama
Alamat Email
Subject
Pesan
Image Verification
Please enter the text from the image:
[ Refresh Image ] [ What's This? ]
-->



Kamis, 03 September 2009

PART I
KELAHIRAN KEN AROK

Dahulu kala ada seorang yang hidupnya berlumur dosa, dia berusaha mencari cara menebus semua dosa-dosanya yang setinggi langit dan sedalam lautan.
Sudah berbagai cara ia coba, sudah banyak Empu yang ia temui namun hatinya masih belum tenang karna ia merasa dosanya begitu besar.

Sementara itu, di Bulalak ada seorang Empu yang bernama Tapangwangkeng.
Ia begitu dihormati karena ketinggian ilmunya dan kebijaksanaannya.
Alkisah sang Empu membuat pintu gerbang asrama, setelah selesai ruh dari pintu meminta kambing jantan berwarna merah untuk dikorbankan.
Sang Empu dengan ketinggian ilmunya dapat mengetahui bahwa itu adalah manusia yang jahat.
Empu Tapangwangkeng sangat gundah hatinya, ia tidak mau berbuat dosa walaupun korbannya penjahat.

Kisah tersebut sampai juga pada seorang yang hidupnya berlumur dosa tadi, kemudian orang tersebut menemui Empu Tapangwangkeng dan merelakan dirinya menjadi korban untuk menebus dosa-dosanya, sehingga ia bisa kembali lahir dalam kelahiran mulia.
Maka sang Empu menerima pengorbanan itu, dan mengantarkan orang tersebut pada penebusan dosanya, sehingga orang tersebut dapat menjelma dalam kelahiran tujuh turunan mulia.
Sesudah mati ia terbang kesurga Dewa Wisnu dan meminta dijelmakan disebelah timur gunung kawi.

Disebelah timur gunung kawi daerah Campara ada sepasang suami istri yang saling mencintai.
Yang laki-laki bernama Gajah para, yang wanita bernama Ken Endhog berasal dari desa Pangkur, mereka hidup berbahagia dengan bercocok tanam. Pada suatu hari saat Ken Endhog pergi mengantarkan makanan untuk suaminya di Ayuga, ditengah perjalanan Dewa Brahma turun menemuinya, kemudian dengan bercampur udara yang tak nampak mata, Dewa Brahma berkata
“Ken Endhog, Aku adalah Dewa Brahma”
Ken Endhog terkejut demi mendengar ucapan tersebut, dengan segala yang tampak disekitarnya tampak merunduk menghormati turunnya Dewa Brahma. Ken Endhogpun sangat yakin itu adalah sang Dewa. Kemudian dengan terbata-bata ia manjawab
“Ha..Ham..ba Dddewa, aa..ada apakah ggger..rangan”
Dewa Brahmapun menjawab
“Tenangkan dirimu, aku membawa kabar gembira untukmu”
“Apa yang hamba dengar, akan hamba laksanakan. Titah Dewa merupakan kebahagiaan bagi hamba” sambut Ken Endhog lebih tenang
“kau akan mengandung anakku hai Ken Endhog. Jangan kau tidur dengan suamimu, kalau kau tidur dengannya maka anakku akan tercampur dengannnya. Nama anakku adalah KEN AROK yang akan memerintah Jawa Dwipa” kata Dewa Brahma lalu menghilang.
Betapa terkejutnya Ken Endhog mendengar hal itu, ia gembira karena kelak keturunannya merupakan orang tertinggi di Jawa dan akan menjadi legenda yang tak akan pernah padam, namun ia juga susah karena tidak lagi bisa melayani suaminya dengan selayaknya istri.
Ken Endhog berusaha menenangkan dirinnya yang senang bukan kepalang dan susah yang mendalam, lama ia duduk sampai akhirnya ia memutuskan berjalan lagi menemui suaminya di sawah.

Saat itu wajahnya masih merah, tubuhnya masih menggigil gemetaran ketika menemui suaminya
“ada apakah adinda” ujar Gajahpara
Ken Endhog yang masih berusaha menenangkan dirinya berkata
“Kakangmas Ki Ageng Gajahpara, dalam perjalanan aku bertemu Hyang tidak tampak diladang lalateng ‘Dewa Brahma’ ”
Gajahpara pun berusaha menenangkan istrinya sambil memegang pundak istrinya
“tenanglah istriku, ceritakan padaku apa yang terjadi”
Ken Endhog pun menceritakan tentang pertemuan itu secara lengkap pada suaminya dengan senang bercampur kesedihan yang mendalam. Gajahpara mendengar dengan seksama, namun ia masih merasa ragu dengan kebenaran kematiannya.
Kemudian mereka berdua pulang kerumahnya, sesampainya dirumah ia mengajak Ken Endhog untuk tidur
“Kakangmas Ki Ageng Gajahpara, aku sungguh mencintaimu, aku tidak akan sanggup melihatmu mati, aku tidak akan bisa menghadapi alam dunia maupun alam nanti membiarkan hal itu terjadi” Ken Endhog berkata sambil menangis
Melihat istrinya tercinta menangis Gajahpara tidak sampai hati
“Adinda hal ini berarti kita harus bercerai, bila hal itu dapat menenangkanmu aku akan merelakanmu…….”
kemudian mereka berdua berpelukan erat dan lama sekali, kemudian Ken Endhog kembali kerumahnya di Pangkur sebelah utara, sedangkan Ki Ageng Gajahpara tetap tinggal di Campara diseberang selatan.
Belum genap sepekan perceraian mereka, Gajahpara meninggal, kata orang
“Bayi yang ada dalam kandungan Ken Endhog sungguh luar biasa panasnya, belum sepekan orang tuanya bercerai, orangtua laki-lakinya meninggal……”
sesudah genap bulannya, maka Ken Endhog melahirkan bayinyam.
melihat sungguh luar biasa dahsyatnya energi dari bayi tersebut, Ken Endhog tidak sanggup merawat bayi tersebut……
Maka Ken Endhog pun membuang bayinya kekuburan bayi.