Rabu, 16 September 2009

Part 3. Pak Tani Memutuskan Menemui Sang Kancil

Pada hari berikutnya pak tani bermimpi lagi, kali ini Sang Pengantar mengatakan hal lain lagi…

Ketahuilah, mentimun-mentimun itu bila kau beri nutrisi yang hanya kau dapatkan caranya turun menurun, maka kau hanya akan mengetahui hasilnya saja…

Nutrisi itu bisa saja lebih baik atau memburuk karena musim…

Dan kau tetap memberikan nutrisi itu, betapa bodohnya kau pak tani….



Kemudian ia bangun kesiangan lagi, betapa gundahnya hati pak tani hari itu, ia bingung dengan mimpinya dan apa yang akan ia lakukan. Ia keluar rumah, mencoba memecahkan kebuntuan pikirannya.

Dia berjalan terus-menerus hari itu…..

kesana kemari tak jelas, berfikir keras akan mimpinya. Namun dasar pak tani bodoh, dia tidak bisa juga menemukan jalan keluar…….

Lama sekali pak tani berjalan tanpa sadar ia telah sampai dipinggir sungai dekat hutan kaliandra, dia duduk di atas air mencoba merenung semua kejadian lampau…

Pelajaran apa yang ia dapat dari hidupnya…..

Sampai ia pada pemikiran permusuhan itu memeberikan pelajaran yang sangat berarti,

Kejahatan sang kancil merupakan anugerah Tuhan, seperti banyak orang bilang guru yang terbaik adalah musuh, ia memberikan pengalaman menyakitkan yang akan selalu tercatat dalam memori.

Pak tani pun sadar betapa sang kancil telah melukainya, ia harus rela menerima sang kancil, karena kancil adalah takdir yang selalu bersama pak tani.

Malam telah datang menyambut kesendirian pak tani. Maka pak tani pulang.

Dalam perjalanan pulang, pak tani memutuskan akan menemui sang kancil esok hari, dan menerima penawaran persahabatan dari sang kancil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar